PATOKBEUSI,Givalnews.com – Pembangunan Saluran iirigasi SS Pengkolan BTT.27 B,Pko 1 sampai dengan B.Pko 4 yang hampir rampung, dilihat dari dekat sangatlah indah karena tidak nampak lagi bangunan-bangunan liar yang ada di badan tanggul atau yang ada dibantaran tanggul.
Namun berbeda dengan pembangunan SS Sukmandi yang kondisinya masih berantakan karena masih ada berdiri bangunan-bangunan liar yang diduga menjadi tempat prostitusi.
Seperti adanya sejumlah masyarakat Pantura Subang bertanya-tanya, mengapa pembangunan irigasi di jalur saluran irigasi SS Sukamandi tidak dilakukan pembersihan lapangan, sehingga masih tampak bangunan-bangunan liar yang masih berdiri kokoh.
Tidak seperti yang ada di daerah-daerah lain ketika lokasi atau saluran tertentu akan dilakukan perbaikan atau pembangunan saluran irigasi ketika tanggulnya yang ada bangunannya dibersihkan alias dibongkar tanpa kompromi, berbeda dengan SS Sukamandi Bangunan liarnya tidak dibongkar.
“Kok kenapa ya, pembangunan SS Sukamandi masih berantakan, terlihat bangunan-bangunan liar yang diduga menjadi tempat prostitusi masih ada dan tidak dilakukan pembongkaran,”ujar Ujang yang mengaku warga Patokbeusi.
Senada dengan Asep, bahwa pembangunan irigasi SS Sukamandi ke arah BRPI Sukamandi yang wilayahnya ada di Dusun Patokbeusi Desa Rancamulya, dalam pembangunan tembok penahan tanah (TPT) pekerjaannya yang kurang baik, juga badan tanggul tidak ada pembersihan alias bangunan-bangunan liar masih berdiri kokoh.
“Saya sih enggak faham pak, soal pembangunan ini, akan tetapi kalau memperhatikan didaerah lain ketika dekat saluran ada bangunan itu dibongkar, seperti yang terjadi didaerah pengkolan pundong, pada saat ini tanggul menjadi bersih dan indah dipandangnya,”jelas Asep.
Sekilas SIMURP, Penjelasan ini yang diambil dari website ttps:// simurp.pertanian.go.id
Dijelaskan bahwa Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) merupakan integrasi dari 4 Kementerian/Lembaga (K/L), yaitu Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Pertanian.
Pada proyek yang didanai dengan pinjaman dari World Bank dan Asian Infrastructure Investment Bank ini, setiap K/L memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing. Namun, seluruh kegiatan pada K/L yang terlibat diharapkan akan berkontribusi pada tujuan utama proyek, yaitu peningkatan pelayanan irigasi dan penguatan akuntabilitas pengelolaan skema irigasi. Dalam hal peningkatan pelayanan irigasi, ada dua indikator sebagai tolak ukur keberhasilan kegiatan, yaitu area yang terfasilitasi dengan layanan irigasi/drainase baru atau direhabilitasi dan persentase intensitas pertanaman (IP).
Kementerian Pertanian dalam hal ini Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) sebagai unit pelaksana proyek tingkat nasional (National Project Implementation Unit atau NPIU) dipercaya untuk mendorong indikator capaian peningkatan IP dari 180% menjadi 200%. Untuk mencapai tujuan tersebut, NPIU BPPSDMP menyusun pendekatan menggunakan teknologi budidaya Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA). Penerapan metode CSA diklaim mampu meningkatkan produksi dan kualitas hasil pertanian meski di tengah iklim yang berubah sekaligus memastikan pertanian berkelanjutan.
sedangkan program pembangunan saluran irigasi adalah merupakan program SIMURT yang didalamnya merupakan program modernisasi saluran irigasi.(red).
